2 PESANTREN 

Sebut  saja  As-Sunnah. Pesntren ini terletak disuatu tempat yang boleh dikatakan luas. Belakang pondok ada padang rumput yang luas disertai banyak buah-buahan yang menduduki tempat itu. Bukan hanya itu tapi jauh diseberang padang rumput itu terdapat sebuah sungai. Agak kecil memang air nya,  jernih sekali pandangan nya. Terkadang para santri ada yang rela berjalan jauh demi sungai ini. Daerah disana dikenal kering, tapi alhamdulillah sungui itu masih bisa mengalir air untuk para santri dan masyarakat yang hendak berbuat sesuatu. Misal nya saja ketika waktu tiba, banyak orang yang pergi kesana, menjenguk sungai yang jernih itu. Ramai riuh suasana disana. Tua sampai  yang bayi ada disana. Hingga orang sangat ingin menamai sungai dengan nama ”KETEMUK” bahkan orang ramai menucapkan itu.
Dalam pesantrin ini ada kawasan pwremppuan dan kawasan alaki laki. Sekitar seratus meter jarak keduanya. Dan ustaz nyapun husus , seperti perantren yang berbeda, padahal itu adalah satu naungan yahni dibawah lembaga As Sunnah.

Pengalaman bertambah dan selalu berjalan disaat sedang menuntut ilmu, sembari menunggu gelas ilmu yang akan dipenuhi sang guru.
“Berlayar jauh ke tepi senja
Berhias seni dan budaya bangsa
Melerai tengkar menjadi bhagia
Hijau... alam..... berhias budaya
Alam sejuk nan menawan mata....
Banggaku menjadi bangsa Indonesia”

Bukan main, bibir nya telah melantunkan puisi itu dengan jelas dan sudah didengar semua santri. Panggil saja LONG walau nama aslinya adalah  Muhammad Irwan Hadi, itu  adalah nama warisan dari tubuhnya sendiri. Maklum saja karena badan nya sangat tinggi,hampir satu meter kotor lebih sesenti. Supaya lebih tingi lagi maka santri lain selalu mendoakan nya dengan kata LONG yang dalam bahasa inggris artinya adalah panjang. Sebab kata adalah doa itulah yang didapat para santri dari para ustaz dipesantren As Sunnah itu.

Kira-kira jam 10:30, para santri diberi kesempatan untuk bersiap- siap melksanakan solat. Dengan segala keinginan untuk husyuk ketika menghadap sang ilahi. Semua santriwan rela pergi ke kali disebrang padang rumput, atau  kali yang sering disebut kali KETEMUK. “Merumput” itu dalah kata yang sring dipakai untuk menyebut prilaku santri yang suka mencari buah-buahan dipadang rumput. Itu pasti dilakukan sntriwan yang hendak ke kali Ketemuk.
Siang itu santriwan dan santriwati siap untuk menghadap sang khalik dengan hati bersih dan badan yang dalam proses. Santriwan “asrama 1”  sudah sampai dikali.
“Ini kawan kubacakan ya. Puisi buatan ku” kata si LONG. “Nanti dulu. Inikan waktu wudu dan persiapan solat lain nya nanti lah kau baca puisi itu.” Kata ketua asrama 1 santriwan itu. “Emang enggak ada waktu ya untuk telinga kalian mendengarku......?” kata LONG kembali bertanya. Ketua asrama 1 santriwan itu berkata lagi ”Begini teman.......”
“Bunga mawar, merah warnanya. Bunga melati, putih warnanya”
“Aku muak dibuat nya. Lebih baik aku pergisaja”LONG langgsung mematah uacapan ketua dengan pantun nya. Mukanya terlihat agak kecewa melihat ketua yang semula selau mendukung nya. Padahal iya tidak merusak atau melanggar aturan, semula ketua selau senag jika ada hiburan, tapi tumben kali itu iya menolak hiburan ringan dari anak buah nya itu.
“Ya imam “ kata seorang santriwan baru denggan bercanda yang mau bertanya pada ketua. Ketua asrama 1 santriwan itu langsung menjawab “Ya ma’mum.... ada apa......?”(dengan nada seperti lagu islami). Santri itu kelihtan gugup. Iya tak diam terpepang tak menjawab. “Ya ada apa Sudin.” Tanya pak ketua lagi. “ Hei SUDIN AL BINTABLO “ ejek ketua pada santriwan itu. “ Apa yang terjadi.......? Apa ......? tegas ketua lagi.
Santri itu tak bisa lagi menahan tawa nya. Muknya merah, bibir nya melekuk membentuk hurup U. Si Sudin akhirnya membuka bicara nya. “ Handuk, h........” katanya dengan tawa kecil. ‘’­­­­Handuk ketua.......  terlepas .” katanya smabil berpura-pura  idak tertawa. Ketua asrama 1 santriwan itu mengambil handuk nya yang terjtuh dan memakainya. Tapi  para santriwan di belakang nya masih tertawa. “Ayo “ kata nya sambil melangkah. Para santriwan  semakin tertawa  karna ternyata handk ketua BOLONG atau yang orang sering sbut sobek. Pas dibagian belakang , itulah tempatnya sobek handuk ketua asrama 1 sntirwan tesebut.

Santriwanterus berjalan menuju sungai dan bersih bersih serta menambah pengalaman menuju kebaikan hidup yang diukir melalui pondok.
Sepulang dari sana. Semua santri menuju masjid utama yang berna ma massjid Al Yaqin. Laki laki disebelah utara dan perempuan disebelah timur, belakang agak selatan.  Dari arah pintusebelah utara masuklah seorang  ketua koordinator asrama putra.
Semua agak berubah prilakunya setelah melihat oarng yang masuk tadi. Badan nya tinggi, brewokan, kelihatan garang, pakai sarung hitam, jas hitam, baju hitam dan orang nya pun agak hitam. Dari kesunyian keadaan terlepas sebuah lantunan halus “syyyyyyaaaaaaaitan” yang mengarah kepada peria tadi. Ketua kordinator itu melirik kumpulan santri yang duduk dengan tatapan panah sambil membidik orang yang berkata tadi.
Tiba-tiba seorang santri kelas x  berdiri.  Lalu berjalan menuju mimmbar, mengulurkan  tangannya dan menyabet sebuah mic hitam diatas benda kotak agak seperti lemari, tapi bisa dijangkau jika berdiri.
“ALLAHUAKBAR- ALLAHUAKBAR “
“ALLAHUAKBAR-ALLAHUAKBAR”
Dia melantunkan suara adzan dengan merdu. Salah seorang petugas masjid terkesima mendengar nya. Semua husyuk mendengarkan, tak ad yang mengangkat kepala. Sentak semua leher melekuk ke depan sambil menjawab adzan itu.
Bahkan seorang guru besar bahasa arab yang terkenal dengan nama pak GADAB  disemua santri hampir menangis. Suaranya memang sanagt bagus.
“ASY..HADU.....   ALLA....  ILA HAILLALLAH”
Kata santri yang pemberani itu. Lah setelah itu suaranya mengalami kemunduran. Entah ap sebab nya ....?  nfasnya tidak lagi panjang . Bahkan tidak  semlus nafas nya yang tadi. Para pelajar tebelalak melihatnya. Santri yang adzan itu mundur dari medan mimmbar. Tak gentar, agak kehitaman, kurus, dan lansing serta tinggi. Iya maju dan ...........
HAIYA...ALSSOLA............H
Langsung   iya menyambung  adzan santri yang barsan.para ustaz mulai ter gusu gasa, merah muaknya. Karena santri nya yang melakukan hal tadi.
Adzan selesai. Soaltlah mereka dengan imam besar pondok yak ini H Ahmad Duilan Sarak.  Habis menghadap,  santri kembali ke sekolah.
Sekumpulan santri sedang berjalan menuju sekolah. Lewatlah seorang santri wati, dan iya terlihat agak tergesa-gesa. Seperti macan lepas kandang. Santri itu tak bisa melepaskan atau menundukkan pandangan nya. Ahirnya mereka menyapa dan saling sapa. Ustazd melihat mereka dari kejauhan dan nama mereka langsung masuk kekantung celana danbaju ustazd.

“ Aduh sakit sekali perutku.” Kata seoarang santri asal sumbawa, namanya Muhahammad Faruk, pangil saja Ruk. Muka nya merah delima , badan nya panas dan bibir nya pecah-pecah seperti tanah yang tidak pernah ialiri air. “Mataku, mataku..... “ katanya menjerit lagi. Badanya pun merebah kesebuah pohon bulat yang dijadikan hiasan taman. Tapi tubuh nya tidak tergeletak ketubuh tanah. Tepat saat  jam pak Gadab iya pingsan tak sadarkandiri didalam kelas. Akhirnya pak Asyad Abdul Gaffar itu datang dan iya terkejut dengan kepingsanan murid yang kekar itu.
“siapa nama nya ?.....”
“Faruk ustazd. Muhahammad Faruk” kata santri lain.
“Bawa dia keasramanya......!!!!  Dia baru atau lama? Disini.” Kata pak ustazd itu.
“Aku tidak percaya kalau dia pingsan begitu saja karena......” dia terdiam.” Krena apa pak?????” kata santri. “karena matanya merem dengan rapat..” jawab ustaz Asyad. Semua santri yang ada didalam kelas tertawa dengan perlahan.
Pak Gadab  itu tk mau percaya. Iya mencoba seribu sebelas dikurangi seribu sepuluh cara.
“Akan saya tes jurus numer seribu sebelas saya” katanya. Malah Faruk terlihat makin parah bibirnya menghitam, pak Gadab itu pun sedikit panik dan hawatir.
Lama mengurus santri yang pingsan, banyak waktu yang terlewatkan dan suara aba aba pulang pun berkumandang. Santri secara cepat dan sigap menyantap perintah. Langsung menuju  asrama.

Dimulailah kehangat asrama oleh pembicaraan santri tentang masalah disekolah tadi. Karena disekolah pelajaran umum diselang pelajaran agama, santripun senang dan mudah sangat mencerna. “FARUK SAKIT” itu dalah topik terhangat hari itu. Sambil menghapal smabil istirahat, tanpa saling menggangu amal pribadi, peccakap cakapan selalu lancar. Seperti jalan tol walau beda tujuan tapi tetap lewat satu jalan. Ada yang tidur, ada yang mencatat dan adapula yang menghapal syair. Gauh suadah, seakan  tak ada celah untuk angin lewat karn suara. Seperti kapal pecah, asrama putra 1 ini. Penghuniya ada delapan orang dari daerah berbeda beda. Ada LONG, FURQAN atau Zainul Furqan, CONG atau Lalu Muammad Zul Karnain, ZUL  atau Muhammad Zul Syakir dan ORE atau Satria Eka Sore. Tapi terasa penghuni lain yang sering menampak kan diri nya disini, iya adalah Faruk. Heboh dibuatnya seisi pondok, ada yang melihat Faruk berlari ke kali sambil bermain main kata isu yang gentayangan kesana kemari.

 Selang beberapa menit saja, kabar burung itu hinggap ditelinga para ustazd. Bahwa ad santri yang berpura pura sakit.
Biasa, setelah kabar bertebaran , banyak orang yang ingin berubah menjadi wartawan. Bahkan gurupun lebih dari itu. Banyak sekali orang di asrama dua, hampir penuh ruangan itu dengan manusiabersarung bertopi putih dengan garis hitam dipinggir topi tersebut. Pertanyaan selalu terlontar dari segala arah, menyerbu Faruk dengan tujuan mencari kebenaran. Berbelit dan kurang jelas jawan Faruk bagaikan tawanan yang dimintai keterangan. Tak mau dia mengaku, dari sekian peluru kendali yng dilepas santri lain tak daa yang mengenai sasaran.
Hingga ketua asrama 1 santriwan yang mengeluarkan ide berlapis emasnya.
“Bagaimana kalau kita bermain ekting” ucap nya. “kamu Cong, jadi dokter dan kamu Zul jadi ahli beah” sambung nya. “Terus aku dan yang lain nya akan bermain muka dengan alasan suruhan pak guru.”  Jelas ny lagi.” Paham kalian semua .....” petjelasngya lagi dengan pertanyaan. Sehingga yang lain nya juga paham dan setuju.
Mulailah mereka bersiap mencari properti. Seperti baju dokter, masker dan kotak obat obatan. Setelah semua persiapan selesai. Santriwan sarama satu ini pun beraksi, tanpa sepengetahuan siapa siapa termasuk para ustazd dan pimpinan pesanren As Sunnah lainya.
Rencana suadah dijalankan. Kelihtan duaorang dokter berjalan dari lorongruanagan peimpinan pesantren As Sunnah, iya didampingi ketua asrama 1 sebagai penunjuk jalan. Dan sesampai di depan sarama satu, santri sarama satu keluar dan  berjalan mengikuti  mereka. Sehingga santri dari asrama lain pun berbondong keluar menyaksikan doter itu. Rela berdesak-desakan hanya untuk melihat dokter yang dua orang, hal itu membuat keadaan ribut sekali, mungkin sampai keruangan istirahat ustaz. Ditengah berjalanya rencana, ustadz yang populer dengan nama  Gadab itu nendatangi asrama dua, tempt berlansung nya rencana itu. Dua dokter buatan itu dihampiri nya dan ditanyai. Keluar sudah kerinagt si Cong dan si Zul, dahi kanan dan kirinya sudah memunculkan butir air. Untung saja iya memakai masker, ekspresi takut nya tidak kelihatan dari arah manapun.
Sepertinya rencana sudah menuu kegagalan, doker piguran itu sudah kelihatan tidak tahan lagi. Perasaan cemas , tekut, dan ingon mencari solusi bercamour dauk menjadi pusing. Lantas pak Gadab itu melayangkan pertanya an nya
“Ada apa pak....?? Ada   yang bisa dibantu?” sekilas itu adalah pertanyaan kecil, tapi saat itu, itu dalah boom besar yang bisa merenggut nyawa jika salah terka.
Muka dokter itu terngkat danmenatap pak GADAB. “Pak saya dna rekan saya masih ada tugas lain, mana anak buah bapak yang mau kami perikas, lihatlah keringat kami sudah brcucuran. Apa perlu anda bertanya lagi.......?? kata si Cong yang berperan sebagai dokter.
Sekali jawab pak Gadab langsung bangkit dari kursi panjang tempat duduk mereka, dia hanya menunjukkan arah asrama dua kepada dokter itu dan langsung hengkang meniggalkan tempat.
Tak disangka mereka bisa  mengusir pak Gadab dengan tanpa rasa curiga sedikitpun. Santrilain yang terlibatpun senang da plong dihati mereka.
Sampai di asrama dua, dokter mulai menjalankan aksinya. Dia memerikasa  si Faruk dengan berbagai cara. Salah satunya adalah menglitik nya dengan alasan sebagai bahan untuk mendiaknosa penyakit, iya disuruh berdiri dan setiap bagian yang bisa berasa geli di gosok dengan sikat nyuci. Kemudian iya disuruh buka mulut, sehingga iya diketahui barusaja merokok. Samapai dokter mendiak nosa nya.
“Oooo kamu mendrita sakit yang sangat serius, yaitu penyakit KEJANG HATI.” Kata si Cong. “ apa perlu dlakukan pembedahan dok......?” tanya nya lagi kepada si Zul yang bermuka dokter bedah.
“Tentu , karena ini berbahaya.” Jawab nya.
Muka si Faruk agak mengkerut dan badan nya menunjukkan resaksi takut.” Tapi nanti kita lihat setelah anda memberikan suntikan anti kejang hati itu...” ulasnay kembali.
“OK. Kalau begitu mari, silahkan hadap utara. Kamu saya suntik dilu ya.....” kata dokter itu.
Mula mula Faruk berani, tapi kemudian iya mengulur-ngulur dan kelihatan raut wajah nya yang takut. “Jangan pak saya masim kuat kok” kata Faruk. “Pegang....”  kata doker itu. “Ayo dipegang......!!!!!” ulangnya lagi. Faruk tak berdaya,  dia dipegang. Barulah si Cong megambil cairan dengan suntikan dan memperlihatkan gerakan telunjuk tangan yang memegang gagang suntukan sembari meletik-letikkan.
Begitu kuat dipegang santri lain. Faruk bisa terlepas dengan amukan nya,sehingga  tubuhnya yang skatanya takbisa berdiri, lemah dan lesu dan sakit yang berlebih  bisa melarikan diri sampai keluar asrama. Akhirnya  para santri mengetahui kalau faruk sudah berbohong, berkat rencana ketua sarama putra 1 yang bernama Yusuf Al-Ghani.
Baru kali ini ustaz Assyad bisa diakali, walau pun tanpa sengaja. Ternyata pak Assyad yang dikira tak curiga, sangat penasaran sehingga malam nya iya datang dan meminta keterangan. Tapi semua santri telah sepakat, hal yang tadi adalah rahasia santri bulan itu.
Dan untung malam itu aalah malam Ahad, karna tiap malam ha itu adalah malam pengampunan dan malakesenangan bagi para santri. Bahkan ada yang berkata itu adalah malam “kebebesan santri As sunnah”(Free Doom Of As Sunnah Student)FEDOS. Dari malam selesai solat isay pada malam Ahad saja tempat nya tidak ada diniah, mereka dibolehkan berekspresi dengan batasan hukum islam dan peraturan pondok. Diberi nonton tv, berjalan santai dan lain nya. Malam AHAD adalah malam kesukaan semu santriAs Snnah.



Comments

Popular posts from this blog